Bhagavad Gītā Berarti: Madah Mulia.…. Bhagavad berarti Mulia, Ilahi, dan Penuh Berkah. Dan, Gītā berarti Lagu, Syair, Nyanyian…. Bhagavad Gītā adalah Nyanyian Ilahi, Nyanyian Mulia yang Memuliakan. Nyanyian Penuh Berkah nan Membawa Berkah – sebuah lagu nan indah dan bermakna. Maka dapat memberi makna, dan membuat hidup menjadi musikal.

Dengarkan suara air, perhatikan suara angin, semuanya berirama. Hidup kita pun dapat menjadi berirama. Kitapun dapat menyelami kehidupan dan menikmati setiap pengalaman – yang dibutuhkan hanyalah sedikit keberanian.

Hidup memang tidak tanpa risiko. Ada ikan-ikan raksasa dan ganas yang siap melahap kita. Namun ada pula mutiara dan permata yang dapat menjadi milik kita. Waspadalah setiap saat. Jangan waswas, tetapi selalu siap-siaga. Pintarpintarlah melindungi diri dari segala macam ancaman dan serangan. It’s worth it. Segenggam saja mutiara yang diperoleh dari lautan kehidupan ini sudah dapat mengubah kualitas hidup kita… dapat membuat hidup kita menjadi lebih berirama, lebih mulia.

Ulasan Bhagavad Gītā ini – saya harap, saya berdoa – dapat menjadi sarana bagi kita untuk meraih mutiara dan permata yang tak terhingga nilainya. Bukan segenggam saja, tetapi beberapa genggam, sehingga kita dapat berbagi dengan mereka yang selama ini hidup di pantai kehidupan, tidak pernah menyelaminya.

NAMUN, SEBELUMNYA…. Sedikit tentang epos besar Mahābhārata, di mana Bhagavad Gītā merupakan bagian kecil namun sangat penting. Mahābhārata berarti Dinasti Bhārata yang Agung. Mahābhārata adalah sejarah, non-fiksi, yang ditulis dengan gaya novel pop pada zamannya. Bagi saya, ia, Mahābhārata adalah sebuah karya roman, Roman Kehidupan.

Kurang lebih 3.000 tahun sebelum Masehi, ketika Pusat Peradaban adalah Miśra (Mesir), Tibet (Sekarang bagian dari
Republik Rakyat Cina) dan Sindhu (Anak Benua Hindia atau Jambūdvīpa, di mana Kepulauan Nusantara adalah bagian
darinya)…

Di Medan Perang Kurukṣetra, di luar kota Hastināpura (sekarang Ibu Kota India, Delhi), berkumpul dua pihak, masing-masing haus akan darah lawannya, padahal masih berhubungan keluarga. Di satu pihak ada putra-putra Dhṛtarāṣṭra yang buta sejak lahir, dan di pihak lain adalah Pañca Pāṇḍava – Pendawa Lima – putra-putra Pāṇḍu, adik Dhṛtarāṣṭra.

Epos Mahābhārata mengingatkan bahwa dunia kita tidak pernah berubah. Perang dahsyat yang terjadi di medan perang
Kurukṣetra masih berlanjut.

Penulis: Anand Krishna
Dimensi: 10 x 14 cm
Tebal: xxviii + 299 halaman
Cover: soft cover
Terbit: Cetakan keempat Agustus 2023
Penerbit: Yayasan Pendidikan Anand Krishna